MUSLIM DAN KERJA KERAS

Posted: September 6, 2012 in Uncategorized

MUSLIM DAN KERJA KERAS

 

Banyaknya pengemis dan gelandangan di pasar, perempatan jalan, pertokoan bahkan sekitar masjid membuat keresahan bagi sebagian umat muslim, pasalnya mereka identik sebagai panganut agama Islam, dengan menggunakan jilbab, embel-embel bahasa Islami semakin kuat menandakan mereka sebagai seorang muslim atau muslimah. Namun apakah yang mereka lakukan menerminkan kepribadian seorang muslim?

Semakin saleh kehidupan seseorang, justru seharusnya dia semakin produktif, karena pekerjaan sacara ekonomik produktif pada dasarnya mempunyai nilai keagamaan, disamping nilai-nilai lainnya.

Manusia dalam istilah al-qur’an disebut sebagai khalifah pengemban amanah atau mandataris untuk mengolah dan memakmurkan bumi beserta isinya. Pada dua kesempatan dalam al-Qur’an, manusia secara khusus di identifikasi sebagai khalaifah. Nabi Adam a.s. merupakan yang pertama dirujuk soal khalifah ini. Dalam surat al-Baqarah (2): disebutkan: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi”.

Ulama tafsir Abu Ja’far Muhammad bin jarir bin Yazid bin Ghalib wafat 310 H yang dikenal dengan sebutan al-Thabari menulis dalamm kitab tafsirnya bahwa pengertian khalifah disini pengemban kekuasaan dibumi dan menunaikan perannya sebagai pengganti. Yusuf Ali seorang ulama  berpendapat bahwa ‘khalifah yang sempurna adalah seorang yang memiliki kekuatan menciptakan inisiatif sendiri, namun tindakan mandirinya selalu mencerminkan kehendak Tuannya”.

Orang kedua yang diidentifikasi sebagai khalifah dalam al-Qur’an adalah Daud a.s. Dalam al-Qur’an surat Shad (38): 26 Allah berfirman; “Hai Daud,sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu….”

Terdapat kesepakatan dikalangan ilmuwan rujukan kepada Nabiyallah Adam a.s. dan Nabiyallah Daud a.s. ini bukan berarti menunjukan bahwa merekalah pemikul tanggung jawab yang eksklusif untuk memenuhi perintah Allah dimuka bumi. Sebaliknya karena Adam a.s. adalah bapak seluruh manusia, rujukan kepadanya sebagai khalifah memperlihatkan bahwa peran tersebut berlaku untuk ras manusia anak cucu keturunan Adam keseluruhan. Oleh karena itu sebagai khalifah, seluruh manusia harus memakmurkan bumi ini, mensejahterakan penduduknya, bukan melakukan kerusakan (al-fasad) di permukaan bumi ini, atau merendahkan martabat kemanusiaan. “Jangan membikin madarat (kesulitan) dan jangan ada madarat.

Dalam mengemban amanah memakmurkan bumi, mensejahterakan kehidupan dunia dan akhirat, manusia telah diberikan Hidayah,  kitab suci al-Qur’an dan diutusnya para Nabi-nabi dan Rasul-rasul dengan Nabi Muhammad S.a.w. teladan bagi umat manusia sebagai penutup para Rasul-rasul. Oleh karena itu sampai sejauh manakah kaum Muslim dalam mengemban amanah memakmurkan bumi dan mensejahterakan umat manusia. Ada beberapa prinsip yang melandasi fungsi-fungsi dalam masyarakat Islam dalam mengemban bumi ini antar lain:

  1.  kaum muslim agar mengunjungi tinggi dan berpegangan teguh dengan hidayah al-Qur’an dan Sunnah Nabi S.a.w. Setiap muslim dihimbau oleh etika Islam untuk bergerak melampaui minat minim dalam beramal soleh, mematuhi ajaran Islam dalam semua aspeknya oleh ajaran Islam dianggap sebagai saranan untuk mendapatkan ridho Allah. Kaum Muslim tidak perlu khawatir terhadap situasi dan perkembangan yang terjadi dimasa ini, bahkan kaum muslim akan memeberikan sumbangan dan peranan yang penting dalam rangka memakmurkan bumi dan mensejahterakan umat manusia bila ajaran Islam dipahami dan dijalankan secara benar.
  2.  Kaum Muslim agar sungguh – sungguh bekerja lebih keras dan menciptakan inisiatif-inisiatif. Bekerja sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah. Allah telah menyiapkan fasilitas berupa bumi yang terhampar luas untuk dikelola dengan sempurna dan umat manusia juga telah diberikan kecerdasan akal dan kekuatan fisik (otak dan otot)  sehingga mereka dapat memanfaatkan kecakapannya untuk mempelajari, mengelola alam yang telah diciptakan Allah dan keteraturannya seiring dengan bimbingan dan hidayah Allah yang telah ditetapkan. Dalam Alquran seseorang dapat menemukan banyak petunjuk yang menjelaskan bahwa dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikaan, dan kemalasan dinilai sebagai perbuatan yang tercela (madzmumah). Alquran mengemukakan  kepada Nabi SAW : dengan mengatakan : (“…Dan katakanlah (Muhammad kepada umat muslim) :bekerjalah “.Dalam QS 9: 105 ditegaskan, “dan katakanlah : bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada(Allah) yang Maha Mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakanNYA kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Nabi SAW juga dilaporkan telah melarang pengemisan kecuali dalam kelaparan. Ibadah yang paling baik adalah bekerja dan pada saat yang sama kerja merupakan kewajiban sekaligus hak. Monatisisme, yaitu pandangan atau sikap hidup menyendiri disuatu tempat dengan menjauhi diri dari kehidupan atau Aksistisme, yaitu pandangan atau sikap hidup keagamaan yang diisi dengan pematangan terhadap berbagai kenikmatan duniawi atau dengan penyiksaan diri dalam rangka ibadah atau mendekatkan diri kepada tuhan.Dan  keduanya dilarang.

Ajaran Islam memandang bahwa kegiatan-kegiatan yang produktif dan bekerja mencari keutamaan Allah yang telah diberikan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri secara wajar, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga, bekal untuk generasi mendatang dan pelayanan dan bantuan untuk masyarakat dalam rangka memenuhi keperluan hidup hajat dan beribadah kepada Allah sebagai salah satu aspek dari pelaksanaan tanggung jawab kaum muslim di bumi ini. Sebuah hadist Nabi SAW beliau bersabda :”Mintalah pertolongan kepada Allah SWT dan jangan merasa tidak mampu, karena tidak ada sesuatu pun yang tidak mungkin dikerjakan”.

Aktivitas Nabi Daud AS dalam kerajinan tangan diterapkan didalam QS 21:80 :”… dan telah kami ajarkan kepada daud membuat baju besi untuk ksamu guna memelihara kamu dalam peperangan maka hendaklah kamu bersyukur”.

Nabi Zakaria tukang kayu, Nabi Idris juga dikenal sebagai tukang jahit, Nabi Musa AS dikenal sebagai pengembala kambing demikian pun Nabi kita Muhammad SAW. Nabi-nabi Allah adalah manusia terpilih tidak hanya menjadi Insan teladan dalam segi ibadah tetapi juga dari segi kerajinan bekerja keras dan profesional. QS 17:84 : ”Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa lebih benar dalam jalannya”.

Blog ini sengaja saya perjelas agar setiap anak generasi muslim yang mengaku bertuhankan Allah swt dan mempunyai rasul Nabi Muhammad Saw dapat membaca dan mengambil hikmah dari setiap kalimatnya, khususnya kepada anak – anakku yang tersayang, yang bunda lahirkan dengan cinta dan kasih sayang, selagi masih muda hiasilah dirimu dengan semangat dan kerja keras untuk menjadi khalifah yang terbaik dimuka bumi dan bermanfaat bagi semua makhluk ciptaan Allah agar mendapat kebaikan yang kekal dunia akhirat.

Amanah memakmurkan bumi agar terwujud kesenangan, ketenangan dan ketentraman umat manusia bukanlah urusan yang dapat diperoleh dengan angan-angan semata akan tetapi ia diperoleh sesuai dengan kesulitan yang dicurahkan seseorang untuk tanggung jawab yang dipikulnya. Kemalasan dan perasaan lemah diri, tidak berbuat apa-apa adalah sifat Madzmumah (tercela) Umat Muslim diserukan dalam alquran menjadi umat yang kuat dan tangkas bekerja.

Semoga uraian yang singkat ini dapat memotivasi kita umat muslim, anak – anak generasi rabbani agar menjadi seorang pejuang atau laskar yang kuat, pekerja keras, semangat, penuh inovasi dan  terhindar dari kemalasan yang akhirnya hanya membuat kerugian pada diri.

AYO JADILAH MUSLIM YANG TANGGUH

Diurai kembali oleh Endah Mawarny

Leave a comment